S e l a m a t D a t a n g P a r a T a m u T a k D i U n d a n g !!!!

ILmu AkhlaQ


ILMU AKHLAQ

NORMA BAIK DAN BURUK MENURUT ALIRAN QODARIYAH, JABARIYAH DAN SUFFIYAH 
1.       PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG          
  Dalam perilaku kehidupan manusia selalu terdapat dua sisi yang berlawanan, yaitu perilaku baik dan perilaku buruk. Seseorang dikatakan melakukan perbuatan baik, apabila tindakan yang dilakukan sesuai dengan tata nilai yang dianut oleh kelompok masyarakat setempat. Demikian sebaliknya, seseorang dikatakan melakukan perbuatan buruk apabila tindakannya tidak sesuai dengan nilai dan pandangan masyarakat yang bersangkutan. Pandangan tentang nilai yang terdapat dalam masyarakat beraneka ragam dan tata nilai tersebut menjadi norma bagi setiap individu atau kelompok. Norma-norma yang diikuti setiap individu dalam masyarakat adalah berupa norma kesopanan, norma hukum, norma susila, dan norma agama.             Dalam kehidupan masyarakat yang sangat memegang teguh tata nilai agama, selalu mengukur perbuatan baik atau buruk dari aspek nilai agama yang dianutnya. Bagi masyarakat yang beragama Islam mungkin akan selalu mengukur suatu perbuatan berdasarkan nilai-nilai agama Islam. Namun dalam suatu komunitas sosial tidak semua individu dalam masyarakat memiliki keyakinan yang sama. Di dalam masyarakat selalu terdapat budaya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari manusia. Perspektif budaya melahirkan nilai yang berdasarkan tradisi, dan kebiasaan tradisi terbangun berdasarkan pola-pola hubungan antara individu. Sehingga patokan terhadap perbuatan baik dan buruk bercampur antara norma sosial dan norma agama.            Allah SWT. menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk mengatur dan memakmurkan apa yang ada di bumi, itulah kelebihan manusia bila dibandingkan dengan makhluk yang lainnya, yaitu Ia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk bila dibandingkan dengan makhluk yang lainnya, adapun kelebihan manusia adalah Ia di berikan akal fikiran yang dipergunakan untuk membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, sekaligus dengan akal, manusia dapat menaklukkan apa yang ada di bumi.            Tindakan mengenai perbuatan baik dan buruk dalam pandangan para penganut aliran teologi Islam, masing-masing berbeda. Di antara penganut aliran kalam memiliki persepsi yang berbeda terhadap perbuatan baik dan perbuatan buruk. Perbedaan tersebut terletak pada sebab, cara pelaksanaan dan pencegahan. Di dalam teologi Islam terdapat beberapa aliran yang mengkaji masalah perbuatan baik dan perbuatan buruk, yaitu: Aliran Mu’tazilah, Aliran Qadariyah, Aliran Jabariyah, dan pada penulisan makalah ini juga akan dibahas menurut aliran Suffiyah. Kebaikan dan keburukan dalam penilaian akal merupakan salah pembahasan klasik dan rumit dalam teologi Islam dan menjadi diskusi yang berkepanjangan para ilmuan.1.2 RUMUSAN MASALAH            Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulisan makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.2.1        Bagaimanakah pengertian norma baik dan buruk ?1.2.2        Bagaimanakah pandangan aliran Qodariyah tentang norma baik dan buruk ?1.2.3        Bagaimanakah pandangan aliran Jabariyah tentang norma baik dan buruk ?1.2.4        Bagaimanakah pandangan aliran Suffiyah tentang norma baik dan buruk ?
1.3    TUJUAN            Setelah mengetahui rumusah masalah diatas penulisan makalah ini bertujuan sebagai berikut :1.3.1        Mengetahui pengertian norma baik dan buruk1.3.2        Mengetahui pandangan aliran Qodariyah tentang norma baik dan buruk 1.3.3        Mengetahui pandangan aliran Jabariyah tentang norma baik dan buruk 1.3.4        Mengetahui pandangan aliran Suffiyah tentang norma baik dan buruk
NORMA BAIK DAN BURUK MENURUT ALIRAN QODARIYAH, JABARIYAH, DAN SUFFIYAH2.1 Pengertian Norma Baik Dan Buruk            Pengertian norma adalah suatu perilaku atau perbuatan manusia yang dijadikan suatu aturan, batasan, bahkan bisa  menjadi hukum yang ada dalam kehidupan manusia yang berpadu dengan budaya yang ada dalam masyarakat tersebut. Baik dan buruk merupakan ukuran perbuatan manusia itu sendiri, kalau perbuatan tersebut sesuai dengan akal pikiran manusia, adat istiadat masyarakat, sosial kemanusiaan, dan agama, itu termasuk perbuatan yang baik. Dan sebaliknya, kalau tidak sesuai dengan semuanya itu atau mugkin salah satunya, termasuk perbuatan yang buruk. Jadi, norma dan perbuatan itu tidak dapat dipisahkan karena norma ada karena perbuatan manusia, yang hasilnya baik dan buruk.             Norma berasal dari bahasa latin yakni norma, yang berarti penyikut atau siku-siku, suatu alat perkakas yang digunakan oleh tukang kayu. Dari sinilah kita dapat mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan. Jadi norma ialah sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan.            Dari sumber lain, ukuran baik dan buruk menurut norma agama lebih bersifat tetap, bila dibandingkan dengan ukuran baik dan buruk dimata nurani, rasio, adat istiadat, dan pandangan individu. Keempat ukuran tersebut bersifat relatif dan dapat berubah sesuai dengan ruang dan waktu. Ukuran baik dan buruk yang berlandaskan norma agama kebenarannya lebih dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, karena norma agama merupakan ajaran Tuhan Yang Maha Suci. Disamping itu, ajaran Tuhan lebih bersifat universal, lebih terhindar dari subyektifitas individu maupun kelompok.2.2 Norma Baik Dan Buruk Menurut Aliran Qodariyah            Ada hal yang berbeda pada aliran Qadariyah, dimana aliran ini mengatakan bahwa dalam masalah perbuatan baik dan buruk manusia, manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya dan mereka menolak adanya qada’ dan qadar. Menurut aliran ini perbuatan manusia merupaka hasil usaha manusia itu sendiri dan bukan perbuatan Tuhan, artinya manusia mempunyai kemampuan untuk mengerjakan dan meninggalkan suatu perbuatan tanpa campur tangan kehendak dan kekuasaan Allah SWT. Dengan demikian, menurut aliran Qodariyah norma atau batasan baik dan buruk manusialah yang menentukan semuanya, dan aturan yang diakui dalam perbuatan manusia itu sesuai dengan akal manusia sendiri.            Dalam menanggapi masalah ini, dapat disimpulkan bahwa menurut aliran Qodariyah perbuatan manusia bukanlah diciptakan oleh Allah SWT. akan tetapi pada manusia, manusia sendirilah yang mewujudkannya. Keterangan-keterangan telah jelas mengatakan bahwa kehendak untuk berbuat adalah kehendak manusia, tetapi tidak jelas apakah daya untuk mewujudkan perbuatan itu daya manusia sendiri ataukah bukan, dan dalam hubungannya dengan ini perlu kiranya di tegaskan bahwa dalam menlaksanakan perbuatan itu harus ada kemauan atau kehendak dan daya untuk meleksanakan kehendak itu dan barulah perbuatan itu dilaksanakan. Karena manusia bebas, merdeka, dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya, maka insan tersebut harus mempertanggung jawabkan perbuatannya di hadapan Allah SWT., jika banyak berbuat kebaikan, maka akan mendapat balasan berupa nikmat dan karunia yang besar dan sebaliknya apabila lebih banyak melakukan perbuatan yang tidak baik atau buruk maka akan mendapatkan ganjarannya Karena perbuatan itu sendiri diwujudkan oleh manusia itu sendiri dan merupakan suatu kewajaran apabila Allah SWT. menyiksa atau memberikan pahala .2.3 Norma Baik Dan Buruk Menurut Aliran Jabariyah            Aliran Jabariyah merupakan pecahan dari aliran Qadariyah dimana manusia mewujudkan perbuatannya sendiri tanpa campur tangan Tuhan, akan tetapi dalam paham aliran Jabariyah maka manusia tidak berkuasa atas perbutannya, yang menetukan perbuatan itu adalah kehendak Allah SWT. Dalam paham Jabariyah bahwa perbuatan manusia dalam hubunganya dengan Tuhan sering digambarkan bagai bulu ayam yang diikat dengan tali digantungkan diudara, kemana angin itu bertiup, maka akan terbang dan tidak mampu menetukan perbuatanya sendiri tapi teserah angin dan apabila perbuatan manusia itu diumpamakan seperti bulu ayam maka angin itu adalah Allah SWT. yang menetukan kearah mana dan bagaimana perbuatan itu di lakukan.            Aliran jabariyah sebagaimana dikemukakan diatas adalah paham yang dipromotori oleh Jaham bin Shofwan, tokoh utama Jabariyah yang ekstrim sebab dalam paham tersebut manusia tidak punya andil sama sekali dalam menentukan perbuatannya semua ditentukan oleh Allah SWT., di samping paham ini ada paham kelompok Jabariyah yang di anggap moderat . Menurut paham Jabariayah yang moderat perbuatan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh Tuhan, tetapi manusia punya andil juga dalam mewujudkan perbuatannya seolah-olah ada kerja sama Allah SWT dengan makhluknya khususnya manusia dalam mewujudkan perbuatannya sehingga manusia tidak semata-mata dipaksa dalam melakukan perbuatanya.             Kalau dilihat dari pernyataan aliran Jabariyah diatas bahwa disatu sisi perbuatan manusia itu di tentukan oleh Allah SWT. dan disisi lain perbuatan manusia itu tidak sepenuhnya campur tangan Allah SWT. akan tetapi manusia juga punya andil untuk mewujudkan perbuatanya. 2.4 Norma Baik Dan Buruk Menurut Aliran Suffiyah            Pada dasarnya aliran suffiyah tidak lepas dengan ajaran tasawuf, karena pada intinya mempunyai pengertian yang sama. Akhlak dengan tasawuf saling berkaitan, sedangkan akhlak itu sendiri juga menentukan norma atau perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk. Aliran suffiyah sangat menekankan terhadap hubungan manusia dengan Allah SWT. Untuk masalah norma baik dan buruk dalam masyarakat kaum sufi tidak mengedepankan hal tersebut. Kaum sufi lebih mementingkan hubungannya dengan Allah SWT.             Ada beberapa ciri kaum suffiyah : Kaum sufi memiliki sifat fanatisme terhadap para syaikhnya, memohon pertolongan atau istighosah juga kepada para syaikhnya, pengkultusan kuburan para syaikhnya, menyeru zuhud pada dunia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kaum sufiyah sangat tidak mementingkan norma dalam masyarakat apalagi budaya yang ada dalam masyarakat tersebut, melainkan mereka berhubungan langsung terhadap para syaikhnya, Nabi, dan terutama kepada  Allah SWT.
PENUTUP3.1 Kesimpulan3.1.1 Pengertian Norma Baik Dan Buruk            Pengertian norma adalah suatu perilaku atau perbuatan manusia yang dijadikan suatu aturan, batasan, bahkan bisa  menjadi hukum yang ada dalam kehidupan manusia yang berpadu dengan budaya yang ada dalam masyarakat tersebut. Baik dan buruk merupakan ukuran perbuatan manusia itu sendiri, kalau perbuatan tersebut sesuai dengan akal pikiran manusia, adat istiadat masyarakat, sosial kemanusiaan, dan agama, itu termasuk perbuatan yang baik. Dan sebaliknya, kalau tidak sesuai dengan semuanya itu atau mugkin salah satunya, termasuk perbuatan yang buruk. Jadi, norma dan perbuatan itu tidak dapat dipisahkan karena norma ada karena perbuatan manusia, yang hasilnya baik dan buruk.3.1.2 Norma Baik Dan Buruk Menurut Aliran Qodiriyah            Dimana aliran ini mengatakan bahwa dalam masalah perbuatan baik dan buruk manusia, manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya dan mereka menolak adanya qada’ dan qadar. Menurut aliran ini perbuatan manusia merupaka hasil usaha manusia itu sendiri dan bukan perbuatan Tuhan, artinya manusia mempunyai kemampuan untuk mengerjakan dan meninggalkan suatu perbuatan tanpa campur tangan kehendak dan kekuasaan Allah SWT. Dengan demikian, menurut aliran Qodariyah norma atau batasan baik dan buruk manusialah yang menentukan semuanya, dan aturan yang diakui dalam perbuatan manusia itu sesuai dengan akal manusia sendiri.3.1.3 Norma Baik Dan Buruk Menurut Aliran Jabariyah            Dalam paham aliran Jabariyah maka manusia tidak berkuasa atas perbutannya, yang menetukan perbuatan itu adalah kehendak Allah SWT. Dalam paham Jabariyah bahwa perbuatan manusia dalam hubunganya dengan Tuhan sering digambarkan bagai bulu ayam yang diikat dengan tali digantungkan diudara, kemana angin itu bertiup, maka akan terbang dan tidak mampu menetukan perbuatanya sendiri tapi teserah angin dan apabila perbuatan manusia itu diumpamakan seperti bulu ayam maka angin itu adalah Allah SWT.3.1.4 Norma Baik Dan Buruk Menurut Aliran Suffiyah            Pada dasarnya aliran suffiyah tidak lepas dengan ajaran tasawuf, karena pada intinya mempunyai pengertian yang sama. Akhlak dengan tasawuf saling berkaitan, sedangkan akhlak itu sendiri juga menentukan norma atau perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk. Aliran suffiyah sangat menekankan terhadap hubungan manusia dengan Allah SWT. Untuk masalah norma baik dan buruk dalam masyarakat kaum sufi tidak mengedepankan hal tersebut. Kaum sufi lebih mementingkan hubungannya dengan Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKAFakhry, Majid. 1996. Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Perpustakaan-islam.com. Hakekat tasawuf (sufi). Kertosono. 1/4/2011Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin. 2004. Pengatar Studi Akhlak. Jakarta : PT Raja Grafmdo PersadaYaqub, Hamzah. 1988. Etika Islam. Bandung : CV Diponegoro
Top of Form
Bottom of Form

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih Atas Partisipasinya