S e l a m a t D a t a n g P a r a T a m u T a k D i U n d a n g !!!!

Syarat2 menjadi Guru yang Baik

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah
Istilah "Guru" pada dasarnya mempunyai arti yang luas. Semua orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang dapat disebut "guru". Akan tetapi yang kami uraikan dalam makalah ini ialah guru sekolah yang tugas atau pekerjaanya mengajar dan mendidik anak-anak.
Sebagai seorang pendidik, guru adalah orang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan negara. Tinggi atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat, maju atau mundurnya tingkat kebudayaan suatu masyarakat dan negara, sebagian besar bergantung kepada pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru-guru.
Makin tinggi pendidikan guru, makin baik pula mutu pendidikan dari pengajaran yang diterima oleh anak-anak, dan makin tinggi pula derajat masyarakat. Oleh sebab itu, guru harus berkeyakinan dan bangga bahwa ia dapat menjalankan tugas itu. Guru hendaklah berusaha menjalankan tugas kewajiban sebaik-baiknya.

II. Rumusan Masalah.
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, akan kami uraikan:
- Syarat-syarat menjadi guru yang baik.
- Sikap dan sifat-sifat guru yang baik.

III. Tujuan Penulisan
Para mahasiswa-mahasiswi, diharapkan nantinya benar-benar siap menjalankan perannya di masa depan, yakni sebagai guru agama yang bisa dihandalkan dan patut dibanggakan.






BAB II
SYARAT-SYARAT MENJADI GURU YANG BAIK

Berdasarkan Undang-Undang no. 12 tahun 1945 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah seluruh Indonesia, seorang guru diharuskan memenuhi syarat-syarat berikut:
a. Berijazah,
b. sehat jasmani dan rohani,
c. taqwa kepada Tuhan YME dan berkelakuan baik,
d. bertanggung jawab,
e. berjiwa nasional.

a. Berijazah
Ijazah bukanlah semata-mata sehelai kertas saja. Ijazah adalah surat bukti yang menunjukkan bahwa seseorang telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan-kesanggupan tertentu, yang diperlukannya untuk suatu jabatan atau pekerjaan.
Dengan memiliki ijazah berarti seseorang telah memiliki wewenang untuk menjalankan tugas sebagai guru di suatu sekolah tertentu. Pemerintah telah mengadakan berbagai sekolah dan kursus-kursus serta akademi-akademi yang khusus mendidik orang-orang yang akan ditugaskan menjadi guru di berbagai sekolah, sesuai dengan wewenang ijazahnya masing-masing.

b. Sehat jasmani dan rohani
Merupakan salah satu syarat utama seorang guru adalah sehat jasmani dan rohani, hal ini bertujuan agar seorang guru dapat menjalankan perannya dengan maksimal, sehingga nantinya diharapkan akan bias tercapainya hasil yang baik serta maksimal pula bagi anak didiknya.

c. Taqwa kepada Tuhan YME dan berkelakuan baik
Dalam GBHN 1983-1988 dinyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan YME: dalam Undang-Undang no. 12 tahun 1954 pasal 3 dinyatakan: Tujuan pendidikan ialah membentuk manusia susila. Ketaqwaan terhadap Tuhan YME, kesusilaan, watak atau budi pekerti yang baik, tidak mungkin diberikan oleh orang-orang yang tidak berketuhanan YME atau taat beribadah menjalankan agamanya dan tidak berkelakuan baik. Pembentukan manusia susila yang taqwa kepada Tuhan YME hanya mungkin diberikan oleh orang-orang yang memiliki dan hidup sesuai dengan norma-norma agama dan masyarakatserta peraturan-peraturan yang berlaku.

d. Bertanggung jawab
Sebagai seorang guru harus bertanggung jawab atas tugasnya sebagai guru, yaitu mengajar dan mendidik anak yang telah dipercayakan kepadanya. Disebutkan dalam Al-qur'an al-Karim:
     
Artinya:
Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? (QS. Al-Qiyamah:36)
Di samping itu, tidak boleh pula dilupakan tugas-tugas dan pekerjaan lain yang memerlukan tanggung jawabnya, karena selain tugasnya sebagai guru di sekolah, gurupun merupakan anggota masyarakat yang mempunyai tugas dan kewajiban lain.

e. Berjiwa nasional
Untuk menanamkan perasaan dan jiwa kebangsaan (jiwa nasional) kepada peserta didik, seorang guru harus berjiwa nasional pula. Pendidikan nasional tidak mungkin diberikan oleh orang-orang yang a-nasional.
Adapun salah satu alat yang utama untuk menanamkan perasaan kenasionalan itu ialah bahasa.










BAB III
SIKAP DAN SIFAT-SIFAT GURU YANG BAIK

Disamping memenuhi syarat-syarat yang bersifat umum sebagaimana di atas, seorang guru juga harus menetapi syarat-syarat lain, yaitu beberapa sikap dan sifat sebagaimana berikut:

a. Adil
Seorang guru harus adil, misalnya dalam memperlakukan anak-anak didiknya harus dengan cara yang sama. Ia tidak membedakan anak yang cantik, anak saudaranya sendiri, anak orang berpangkat, atau anak yang menjadi kesayangannya. Perlakuan yang adil itu perlu bagi guru, misalnya dalam hal memberi nilai, menghukum anak, ataupun beberapa hal yang lain. Firman Allah:
•           ••     •      •     
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat (An-Nisa':58).

b. Percaya dan suka kepada murid-muridnya
Jan Lighthart, seorang ahli didik yang terkenal, pernah berkata, "Semua pendidikan haruslah didasarkan atas keyakinan bahwa anak itu mempunyai kata hati. Jika keyakinan itu tidak ada, tak perlulah orang mendidik. Orang yang lemah dapat dijadikan kuat; norang bodoh dapat dijadikan pandai; tetapi orang yang tidak punya kata hati tak mungkin diperbaiki." Dalam Hadits Qudsi, Allah berfirman:
انا عند ظن عبدي بي
Artinya:
“Aku tergantung pada prasangka hambaku.” (Niat-sugesti) terhadap diriku.
Seorang guru juga harus mencintai murid-muridnya. Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran:159:
                              •    
Artinya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran:159)
Hanya pendidik yang percaya dan mencintai anak didiknya yang dapat mendidik anak-anak itu dengan hasil baik.

c. Sabar dan rela berkorban
Hampir pada tiap-tiap pekerjaan, kesabaran merupan syarat yang sangat diperlukan, demikian juga dengan pekerjaan guru sebagai pendidik, ia harus memiliki sifat sabar, baik dalam melakukan tugas mendidik maupun dalam menanti hasil jerih payahnya. Ia juga harus mengevaluasi proses dan hasil pendidikan yang sedang dan sudah dilaksanakan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, surat Al-Baqarah: 31:
               
Artinya:
Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS. Al-Baqarah: 31)
Hasil pekerjaan tiap-tiap guru dalam mendidik seorang anak tidak dapat ditunjukkan dan dilihat seketika. Banyak usaha guru dalam mendidik anak-anak yang belum dapat kelihatan hasilnya sampai anak itu keluar sekolah. Banyak pula usaha atau jerih payah guru yang baru dapat dipetik buahnya setelah anak itu menjadi orang dewasa, setelah ia berdiri sendiri dalam masyarakat.
Semua itu memerlukan kesabaran dan kerelaan berkorban dari seorang guru. Sifat sabar dan rela berkorban itu ada pada seorang pendidik jika pendidik itu mempunyai rasa cinta terhadap anak didiknya.

d. Memiliki perbawa (gezag) terhadap anak-anak
Tanpa adanya gezag pada pendidik, tidak mungkin pendidikan itu dapat masuk ke dalam hati sanubari anak-anak. Tanpa kewibawaan, murid-murid hanya akan menuruti kehendak dan perintah gurunya karena takut atau paksaan, jadi bukan karena keinsafan atau kesadaran di dalam dirinya.

e. Penggembira
Sifat humor yang pada tempatnya merupakan pertolongan untuk memberi gambaran yang betul dari beberapa pelajaran.
Dilihat dari sudut psikologi, setiap orang mempunyai dua naluri (insting): (1) naluri untuk berkelompok, dan (2) naluri suka bermain-main bersama. Kalau kedua naluri itu dapat kita pergunakan dengan bijaksana dalam tiap-tiap mata pelajaran, hasilnya akan baik dan berlipat ganda.

f. Bersikap baik terhadap guru-guru lainnya
Tingkah laku dan budi pekerti anak-anak sangat banyak dipengaruhi oleh suasana di kalangan guru-guru. Jika guru-guru saling bertentangan, tidak mungkin dapat diambil sikap dan tindakan yang sama. Anak-anak tidak tahu apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang.
Suasana baik di antara guru-guru nyata dari pergaulan ramah tamah mereka di dalam dan di luar sekolah. Mereka saling menolong dan kunjung-mengunjungi dalam keadaan suka dan duka. Mereka merupakan satu keluarga besar keluarga sekolah.

g. Bersikap baik terhadap masyarakat
Tugas dan kewajiban guru tidak hanya terbatas pada sekolah saja, tetapi juga dalam masyarakat. Seorang guru yang merasa cukup dengan apa yang dilakukan di lingkungan sekolah saja, tentu akan kurang luas pandangannya. Dan meskipun seorang guru memiliki pengetahuan yang lebih daripada nasyarakat pada umumnya hendaklah ia selalu bersikap rendah hati, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, surat Al-Hijr:88:
 •              
Artinya:
Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. (Al-Hijr:88).
Menurut aliran-aliran baru dalam pendidikan dan pengajaran selalu dianjurkan supaya sekolah jangan menjauhkan diri dari masyarakat. Sekolah hendaknya bias menjadi cermin pada masyarakat. Sekolah hendaknya menjadi cermin bagi masyarakat sekitarnya, dirasai oleh masyarakat bahwa sekolah itu adalah kepunyaanya dan memenuhi kebutuhan mereka.

h. Benar-benar menguasai mata pelajarannya
Guru yang pekerjaanya memberikan memberikan pengetahuan-pengetahuan dan kecakapan-kecakapan pada anak didiknya akan bisa meraih hasil yang maksimal apabila dalam proses kegiatan belajar-mengajarnya seorang guru tersebut benar-benar menguasai mata pelajan yang dipegangnya.

i. Suka kepada mata pelajaran yang diberikannya
Mengajarkan mata pelajaran yang disukainya hasilnya lebih baik dan mendatangkan kegembiraan baginya daripada sebaliknya. Di sekolah menengah hal ini penting bagi guru untuk memilih mata pelajaran apa yang disukainya yang akan diajarkannya.

j. Berpengetahuan luas
Selain mempunyai pengetahuan yang dalam tentang mata pelajaran yang sudah menjadi tugasnya, akan lebih baik lagi jika guru itu mengetahui pula tentang segala sesuatu yang penting-penting, yang ada hubungannya dengan tugasnya di dalam masyarakat. Ia haruslah seorang yang mempunyai perhatian intelektual yang luas dan tidak kunjung padam, karena guru merupakan tempat bertanya tentang segala sesuatu bagi masyarakat.



BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Menengok pada perannya, pekerjaan atau profesi sebagai guru sangatlah luhur dan mulia, baik ditinjau dari sudut masyarakat, negara dan juga agama. Betapa tidak, kemajuan masyarakat dan negara sangat bergantung kepadanya. Sehingga seorang guru haruslah menetapi beberapa syarat sebagai guru dan memiliki sikap dan sifat yang patut diteladani. Ia juga harus selalu berusaha semaksimal mungkin dalam menjalankan amanat yang diembannya.

والله أعلم بالصواب




















DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, 2006.
Drs. Cholil Uman MA, Kamus Alqur'an Lengkap, Bandung, Citra Umbara, 2004.
Beberapa sumber yang lain.

1 komentar:

  1. hahahaha kakean gatget.enek sing gk nguwati....gambare jupe.jozzzzzzzzzzz

    BalasHapus

Terima kasih Atas Partisipasinya