BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tidak hanya bagi umat Islam, namun juga bagi orang-orang yang tidak percaya dengan Islam, bahkan yang memusuhi Islam sekalipun. Islam yang hadir pada saat manusia dalam kegelapan dan kebekuan moral, telah merubah dunia dengan wajah baru, terutama dalam hal “revolusi akhlak”.
Nabiyyuna Muhammad SAW di utus, tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia dari kebiadaban menuju umat yang berkedaban, sebagaimana sabda beliau SAW: “Sesungguhnya aku diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak” . Oleh karena itu sudah selayaknya kita sebagai pengikut beliau untuk mengikuti sunnah-sunnah beliau, salah satunya adalah berakhlak sesuai dengan akhlak Nabi SAW. Begitu pentingnya akhlak, maka dalam makalah ini akan dibahas akhlak terhadap Allah SWT dan rasulNya, yakni Nabi Muhammad SAW.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian akhlak?
2. Bagaimana akhlak terhadap Allah SWT?
3. Bagaimana akhlak terhadap rosululloh SAW?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari akhlak.
2. Untuk Mengetahui bagaimana akhlak terhadap Allah SWT.
3. Untuk mengetahui akhlak terhadap rosululloh SAW
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Akhlak dapat didefinisikan dari dua sudut, yakni dari sudut kebahasaan (etimologi), dan dari sudut istilah (terminologi). Dari sudut kebahasaan akhlak berarti perangai, tabiat (kelakuan atau watak dasar), kebiasaan atau kelaziman, dan peradaban. Dalam kamus Al Mu’iam Al Falsafi, akhlak mengandung pengertian agama.
Akar kata dari akhlak adalah dua kata, yakni khilqun (tabiat) dan khulqun (makhluk), sebagaimana dapat kita jumpai dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits:
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung dan luhur” (QS. Al-Qalam:4)
“Bahwasanya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq (budi pekerti)”
(HR. Ahmad)
Adapun pengertian akhlak secara terminologi dapat kita jumpai dari pendapat beberapa ulama’:
o Imam Al-Ghazali mendefinisikan akhlak:
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran.
o Syekh Ibrahim Anis mendefinisikan akhlak:
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan
Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa ada pemikiran.
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri seseorang yang tanpa adanya paksaan atau tekanan dari luar.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, jadi bukan karena main-main atau sandiwara.
B. Akhlak terhadap Allah SWT.
Allah Azza Wa Jalla telah mengaruniakan berbagai kenikmatan dan karunai yang tiada terhitung banyaknya, salah satunya adalah akal pikiran, sehingga dengan akal tersebut manusia dapat berbeda dengan hewan yang lainnya. Maksudnya hidup tidak hanya untuk makan, bekerja, minum, tidur, begitu dan selalu begitu berulang-ulang. Kalau memang begini adakah beda antara manusia dengan hewan yang lain??.
Setidak-tidaknya ada empat alasan mengapa seorang muslim harus menjaga hak haknya terhadap Allah Sang Khalik, yakni:
1. Allah lah yang menciptakan manusia, jadi apakah pantas sesuatu yang telah diciptakan oleh Yang Maha Pencipta tidak memiliki akhlak kepadaNya?
2. Allah lah yang memberi perlengkapan yang sempurna kepada manusia. Misalnya kelengkapan indera dan keelokan bentuk manusia.
3. Allah lah yang telah menciptakan dan menyediakan sarana dan berbagai bahan yang dapat dipergunakan oleh manusia.
4. Allah jualah yang telah memuliakan manusia dengan menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi, ini terlihat dari potensi yang telah diberikan oleh Allah untuk manusia dengan dapat menguasai daratan, lautan dan udara.
Namun dengan demikian tidaklah menjadi alasan bahwa Allah SWT butuh disembah dan diagungkan oleh makhlukNya, bagi Allah baik manusia mau menyembahNya ataupun tidak, maka tidak akan mengurangi kebesaran dan kemuliaanNya. Hanya saja sudah seharusnya manusia, sebagai ciptaan Allah, menunjukkan akhlak yang baik kepadaNya.
Di antara beberapa hak hak seorang muslim kepada khaliknya adalah:
a. Tidak menyekutukan Allah SWT
Hanya Allah lah Tuhan yang patut disembah, dan hanya Allah lah Tuhan yang pantas diagungkan, oleh karena itu tidak ada alasan apapun bagi manusia untuk menyekutukanNya. Adapun amal manusia seharusnya hanya ditujukan untuk Allah SWT. sehingga manusia harus membuang jauh-jauh riya’ (menampakkan amal/beramal agar dilihat oleh orang lain).
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah tersesat sejauh-jauhnya
(QS. An-Nisa’:16)
b. Bertakwa kepada Allah SWT
Bertakwa berarti menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarangNya. Ini sudah menjadi konsekuensi manusia, sebagai wujud penghambaan diri kepadaNya.
...Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. An-Nuur:35)
c. Mencintai Allah SWT
Allah Dzat Yang Maha Pemurah, mencintai seluruh hambaNya, bagaimana mungkin sesuatu yang berstatus “hamba” malah tidak mencintaiNya??. Padahal bila dinalar secara akal, yang lebih wajib mencintai adalah sang hamba itu sendiri.
Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?(QS. An-Nahl:72)
d. Ridha dan Ikhlas terhadap segala keputusan Allah SWT
Pada hakikatnya yang berhak hanyalah Allah SWT, apapun yang telah Allah putuskan bagi makhlukNya adalah yang terbaik, jadi sudah seharusnya tidak ada keluh kesah bagi manusia untuk menggerutu segala keputusan Allah.
e. Bersyukur kepada Allah SWT
Tidak ada yang lebih pantas bagi sesuatu “yang telah diberi” selain berterimakasih dan memanfaatkan segala sesuatu yang telah diberikan untuk tujuan diberikannya. Adapun manusia yang telah diberi banyak kenikmatan, seharusnya selalu bersyukur kepadaNya.
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. Al-Baqarah:152)
Ada banyak cara yang dapat dilakukan manusia untuk mensyukuri nikmat Allah swt. Secara garis besar, mensyukuri nikmat ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Mensyukuri dengan hati, dengan mengakui, mengimani dan meyakini bahwa segala bentuk kenikmatan ini datangnya dari Allah swt semata.
2. Mensyukuri dengan lisan, dengan memperbanyak ucapan alhamdulillah (segala puji milik Allah) wasysyukru lillah (dan segala bentuk syukur juga milik Allah).
3. Mensyukuri dengan perbuatan.
1. Mempergunakan segala bentuk kenikmatan Allah untuk menunaikan perintah-perintah Allah, baik perintah wajib, sunnah maupun mubah.
2. Mempergunakan segala bentuk kenikmatan Allah dengan cara menghindari, menjauhi dan meninggalkan segala bentuk larangan Allah, baik larangan yang haram maupun yang makruh.
Syukur dengan hati, lisan dan perbuatan ini hendaklah terefleksi dan tercermin pada setiap momentum yang bersifat zhahir, bahkan yang tersamar sekalipun. Contoh cerminan sikap mensyukuri nikmat Allah yang tampak secara lahir ini dapat dilihat dalam sikap Nabi Sulaiman as saat ia mendapati singgasana Bilqis telah ada di sampingnya dalam sekejap mata. Saat itu Nabi Sulaiman langsung berkata, "Ini adalah anugerah Allah. Dia bermaksud mengujiku, adakah aku bersyukur ataukah aku kufur." (QS An-Naml: 40)
Juga tampak dari sikap Raja Dzulqarnain yang sukses membangun radm (semacam benteng) untuk menghalau serbuan Ya'juj Ma'juj. Setelah sukses besar yang luar biasa ini, ia tidak menisbatkan prestasi spektakulernya itu kepada dirinya, akan tetapi menisbatkannya kepada Allah. Ia berkata, "Ini adalah rahmat dari Tuhanku." (QS Al-Kahfi: 98
Sikap yang sebaliknya ditunjukkan oleh Qarun. Saat ia ditanya oleh kaumnya tentang sukses bisnisnya, ia tidak menisbatkan sukses itu kepada Allah. Dengan penuh 'ujub, sombong dan takabbur ia berkata, "Semua ini aku dapatkan semata-mata karena ilmuku, kepintaranku, kepiawaianku" (QS Al-Qashash: 78). Karena itulah ia diazab Allah.
f. Memohon, berdoa, dan beribadah hanya untuk Allah SWT
Sudah menjadi kaidah umum, bahwa manusia yang telah diberi begitu banyak karunia, nikmat dan rahmat oleh Allah harus senantiasa lurus kepadaNya. Dalam artian bahwa ketulusan yang murni, dan tidak dicampuri kepentingan yang bukan di jalan Allah, harus dilaksanakan oleh manusia tersebut.
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. (QS. Al-Fatihah:5)
g. Senantiasa mencari keridhaan Allah SWT
Apakah yang lebih baik bagi seorang hamba selain tuan yang ridha terhadapnya?? Jawabannya tidak akan ada, karena ridha Allah SWT sebagai tuan seluruh manusia adalah hakikat tertinggi pencapaian manusia dalam mendekatkan diri kepadaNya, dan itu merupakan hal tertinggi yang diinginkan semua manusia pada fitrahnya.
Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (QS. Al-Fath:9)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran.
2. Ada beberapa alasan mengapa kita harus berakhlak baik kepada Allah SWT, antara lain:
Allah lah yang menciptakan manusia
Allah lah yang memberi perlengkapan yang sempurna kepada manusia.
Allah lah yang telah menciptakan dan menyediakan sarana dan berbagai bahan yang dapat dipergunakan oleh manusia.
Allah jualah yang telah memuliakan manusia dengan menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi.
3. Adapun akhlak kepada Allah SWT antara lain:
a. Tidak menyekutukan Allah SWT
b. Bertakwa kepada Allah SWTMencintai Allah SWT
c. Ridha dan Ikhlas terhadap segala keputusan Allah SWT
d. Bersyukur kepada Allah SWT
e. Memohon, berdoa, dan beribadah hanya untuk Allah SWT
f. Senantiasa mencari keridhaan Allah SWT
DAFTAR PUSTAKA
1. Drs. H. Ali Anwar Yusuf, M. Si. 2003. Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
2. Sayyid Ahmad Hasyimi Al-Mishri. Tt. Mukhtar Al-Ahadits An-Nabawiyyah. Surabaya: Haromain Jaya.
3. Drs. Umar Barmawi. 1976. Materi Akhlak. Bandung: CV. Ramadhani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih Atas Partisipasinya