S e l a m a t D a t a n g P a r a T a m u T a k D i U n d a n g !!!!

Amtsalil Qur'an


AMTSALIL QUR’AN
1.    PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Hakekat hakekat yang tinggi makna dan tujuannya akan lebih menarik jika dituangkan dalam kerangka ucapan yang baik dan mendekatkan kepada pemahaman, melalui analogi dengan sesuatu yang telah diketahui secara yakin. Tamsil (pemisahan, perumpamaan) merupakan kerangka yang dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup dan mantap didalam pikiran, dengan cara menyerupakan sesuatu yang ghoib dengan yang hadir, yang abstrak dengan yang konkrit, dan dengan menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa. Betapa banyak makna yang baik, dijadikan lebih indah, menarik dan mempesona oleh tamsil. Karena itulah makna Tamsil lebih dapat mendorong jika untuk menerima makna yang dimaksudkan dan membuat perasaan merasa puas dengannya.dan tamsil adalah salah satu Uslub Qur’an dalam mengungkapkan berbagai penjelasan dan segi-segi kemu’jizatannya.
Dari latar belakang diatas dapat diambil beberapa rumusan masalah antara lain:
1.2  RUMUSAN MASALAH
1.2.1        Apa pengertian Amtsal ?
1.2.2        Sebutkan macam-macam Amtsal?
1.2.3        Apakah manfaat dari Amtsal?
1.3  TUJUAN
Dari ketiga rumusan masalah diatas, penulisan makalah ini bertujuan sebagai berikut:
1.3.1        Mengetahui pengertian Amtsal
1.3.2        Mengetahui macam-macam Amtsal
1.3.3        Mengetahui manfaat dari Amtsal


AMTSALIL QUR’AN
2.1 PENGERTIAN AMTSAL AMTSALIL QUR’AN
Menurut bahasa kata amtsal berupa bentuk jama’ dari lafal matsal. Sedangkan kata matsal sama dengan lafal syabah, baik dalam lafal maupun dalam maknanya.
Menurut bahasa, arti lafal amtsal ada tiga macam:
  1. Berarti perumpamaan, gambaran, atau perserupaan, atau dalam bahasa arabnya
  2. Bisa berarti kisah atau cerita, jika keadaannya asing dan aneh.
  3. Bisa juga berarti sifat, atau keadaan atau tingkah laku yang mengherankan pula.
Contohnya dalam surat Muhammad ayat 15
Artinya: “Apakah perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring.”
Ayat tersebut bisa diartikan perumpamaan surga, atau gambaran, sifat, atau keadaan surga yang sangat mengherankan.
Imam Zamakhsyari dalam tafsir Al-Kasysyaf juga mamberikan arti kata matsal dengan arti perumpamaan, sifat dan kisah, tetapi para ulama’ ahli Ilmu Bayan menambahkan arti yang keempat terhadap lafal Matsal, yaitu diartikan dengan Majazi Murakkab.
Menurut istilah (terminologi), para ulama’ memberikan beberapa macam definisi Amtsalil Qur’an, antara lain sebagai berikut: ahli ilmu adab medefinisikan sebagai berikut: “Artinya: Amtsal dalam ilmu adab ialah ucapan yang banyak disebutkan yang telah biasa dikatakan orang yang dimaksudkan untuk menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu yang akan dituju.” Maksudnya, Amtsal itu ialah menyamakan hal yang akan diceritakan dengan asal ceritanya (asal mulanya).
Istilah ulama’ ahli bayan mendefinisikan amtsal, sebagai berikut: Artinya: “perumpamaan ialah bentuk majaz murakkab yang kaitannya/konteksnya ialah persamaan. Maksudnya, amtsal ialah ungkapan majaz/kiasan yang majmuk, dimana kaitan antara yang disamakan dengan asalnya adalah karena adanya persamaan/keserupaan. Semua bentuk Amtsal ini ialah bentuk ini ialah bentuk isti’arah tamtsiliyah (kiasan yang menyerupakan).
Para ulama’ ahli tafsir memberikan definisi amtsal ialah mengungkapkan suatu makna abstrak yang dapat mempersonifikasikan dengan bentuk yang bagus dan indah. Maksudnya, amtsal itu ialah menyerupakan hal-hal yang konkret. Ahli tafsir mendefinisikan amtsal, sebagai berikut: Artinya: “Matsal ialah menampakkan pengertian yang abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik yang mengena jiwa, baik dengan bentuk tasbih, ataupun majaz mural (ungkapan bebas).
Ibnu Qoyyim mendefinisikan amstal dengan menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya dan mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang indrawi atau mendekatkan salah satu dari mahsus dengan yang lain dan menganggap salah satunya itu sebagai yang lain.
2.2 MACAM-MACAM AMTSAL QUR’AN
Amtsal dalam al-qur’an ada tiga macam, antara lain:
2.2.1 Amtsal Musarokah
Ialah yang didalamnya  dijelaskan dengan lafadz matsal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih. Amtsal seperti ini banyak ditemukan dalam al-qur’an, berikut ini beberapa diantaranya;
·           Firman Alloh mengenai orang munafik
Perumpamaan (matsal) mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Alloh menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tibaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar) atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat…. Sesungguhnya Alloh berkuasa atas segala sesuatu. ( Al-Baqarah: 17-20)
Di dalam ayat ini Alloh membuat dua perumpamaan (matsal) bagi orang munafik, matsal yang berkenaan dengan api (Nari) dalam firmanNya “adalah seperti orang yang menyalakan api …” karena didalam api terdapat unsur cahaya. Dan matsal berkenaan dengan air (Maai), yaitu “atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit….”, karena didalam air terdapatmateri kehidupan. Dan wahyu yang turun dari langit pun bermaksud untuk menerangihati dan menghidupkannya. Alloh menyebutkan juga kedudukan dan fasilitas orang munafik dalam dua keadaan. Disatu sisi mereka bagaikan orang yang menyalakan api untuk penerangan dan kemanfaatan, mengingat mereka memperoleh kemanfaatan materi dengan sebab masuk islam. Namun disisi lain islam tidak memberikan pengaruh “Nurnya” terhadap mereka karena Alloh menghilangkan cahaya yang ada didalam api itu. “Alloh menghilangkan cahaya yang menyinari mereka”, dan memberikan unsur-unsur “membakar” yang ada padanya. Inilah perumpamaan mereka yang berkenaan dengan api.
Mengenai matsal meereka yang mengenai dengan air (maai), Alloh menyerupakan mereka dengan keadaan orang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap gulita, guruh dan kilat, sehingga terkoyaklah kekuasaan orang itu dan ia meletakkan jario jemari untuk menyumbat telinga serta memejamkan mata karena takut petir menimpanya. Ini mengingat bahwa Qur’an dengan segala peringatan,  perintah, larangan dan kitabnya bagi mereka tidak ubahnya dengan petir yang turun sambar menyambar.
·      Alloh menyebutkan pada dua macam matsal maai dan naari, dalam surat Ar-Rad, bagi yang haq dan yang bathil.
Alloh telah menurunkan air hujan dari langit, maka mengalirlah air dilembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa logam yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat. Demikianlah Alloh membuat perumpamaan (matsal) bagi y‌ang benar dan yang bathil. Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya. Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Alloh membuat perumpamaan-perumpamaan. (Ar-Rad: 17)
Wahyu yang diturunkan Alloh dari langit untuk kehidupan hati diserupakan dengan air hujan yang diturunkann-Nya untuk kehidupan bumi dengan tumbuh-tumbuhan, dan hati diserupakan diserupakan dengan lembah. Arus air yang mengalir dilembah membawa buih dan sampah. Begitu pula hidayah dan ilmu bila mengalir di hati akan berpengaruh terhadap nafsu syahwat, dengan menghiklangkannya inilah matsal Maai dalam firman-Nya “Dia telah menurunkan air hujan dari langit ….” Demikianlah Alloh membuat matsal bagi yang haq dan yang bathil.
Mengenai matsal Naari yang dikemukakan dalam irman-Nya “dan dari apa logam yang mereka lebur dalam api …”. Logam baik emas, perak, tembaga maupun besi, ketika dituangkan dalam api, maka api akan menghilangkan kotoran, karat yang melekat padanya, dan memisahkannya dari substansi yang dapat dimanfaatkan, sehingga hilanglah karat itu dengan sia-sia. Begitu pila syahwat akan dilempar dan dibuang dengan sia-sia oleh hati orang mukmin sebagaimana arus air menghanyutkan sampah atau api melemparkan karat logam.
2.2.2 Amtsal Kaminah
Ialah didalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafadz tamtsil, tetapi menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya. Untuk matsal ini ada beberapa contoh diantaranya:
  1. Ayat-ayat yang senada dengan perkataan “sebaik-baiknya urusan adalah pertengahannya”, yaitu:
1.      Firman Alloh mengenai sapi betina: “sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan diantara itu…” (Al-baqarah: 68)
2.      Firman Alloh tentang nafkah: “dan mereka yang apabila membelanjakan harta mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, dan adalah pembelanjaan itu di tengah-tengah antara yang demikian”
3.      Firman Alloh tentang sholat: “ddan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam sholatmu dan jangan pula merendahkannya, dan carilah jalan tengah diantara kedua itu”. (Al-isra’: 110)
4.      Firman Alloh tentang infaq: “dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan pula terlalu mengulurkannya”. (Al-Isra’: 29)
  1. Ayat yang senada dengan perkataan “kabar itu tidak sama dengan menyaksikan sindiri”, misalnya firman alloh tentang ibrohim: “apakah kamu belum percaya ?”, Ibrohim menjawab: “saya telah percaya, akan tetapi agar bertambah tetap hati saya”. (Al-Baqarah: 260)
  2. Ayat yang senada dengan perkataan “sebagaimana kamu telah menghutangkan maka kamu akan dibayar”, misalnya, “barang siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu”. (An-Nisa’: 123)
  3. Ayat yang senada dengan perkataan “orang mukmin tidak akan disengat dua kali dari lubang yang sama”, misalnya, “bagaimana aku mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaranya (yusuf) kepadamu dahulu”. (yusuf: 51)


2.2.3 Amtsal Mursalah
Ialah kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafadz tasybih secara jelas, tetapi kalimat-kalimat itu berlalu sebagai matsal. Berikut ini contoh-contohnya:
  1. “Sekarang ini jelaslah kebenarannya itu”. (yusuf: 51)
  2. “Tidak ada yang akan mengatakan terjadinya hari itu selain dari Alloh”. (An-najm: 58)
  3. “telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku)”. (yusuf: 41)
  4. “Bukanlah subuh itu sudah dekat”. (Hud: 81)
  5. “Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh Rosul) ada waktu terjadinya”. (Al-an’am: 67)
  6. “Dan rencana jahat itutidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri”. (Fatir: 43)
  7. “Katakanlah: tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”. (Al-Isra’: 84)
  8. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu”. (Al-Baqarah: 216)
  9. “Betapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin alloh”. (Al-Baqarah: 249)
  10. “Tidak sama yang baik dengan yang buruk”. (A-Maidah: 100)
Para ulama’ berbeda pendapat tentang ayat-ayat yang mereka namakan ayat mursalah ini, apa atau bagaiman hukum mempergunakannya sebagai matsal?
Sebagian ahli ilmu memandang hal itu sebagai telah keluar dari adab qur’an. Berkata Ar-Razi ketika menafsirkan ayat “untukmu agamamu dan untukkulah agamaku”. (Al-Kafirun: 6). Sudah menjadi tradisi orang menjadikan ayat ini sebagai matsal (untuk membela, membenarkan perbuatannya). Ketika ia meninggalkan agama, padahal yang demikian tidak dibenarkan, sebab Alloh menurunkan Al-qur’an bukan untuk dijadikan matsal, tetapi untuk direnungkan  dan kemudian diamalkan isi kandungannya’.
Golongan lain berpendapat, tidak ada halangan bila seseorang mempergunakan Qur’an sebagai matsal dalam keadaan sungguh-sungguh. Misalnya, Ia sangat merasa sedih dan berduka karena terrimpa bencana, sedangkan sebab-sebab tersingkapnya bencana itu telah lepas dari manusia, lalu ia mengatakan, “tidak ada yang menyingkapkannya selain dari Alloh”. (An-Najm: 58). Atau ia diajak bicara oleh penganut ajaran sesat yang berusaha membujuknya agar mengikuti ajaran itu, maka ia menjawab: “untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”. Tetap berdosa besarlah seseorang yang dengan sengaja berpura-pura pandai lalu ia menggunakan qur’an sebagai matsal, sampai-sampai ia terlihat sedang bersenda gurau.
2.3 MANFAAT AMTSAL QUR’AN
Ada beberapa manfaat amtsal qur’an, antara lain sebagai berikut:
  1. Menonjolkan ma’qul (sesuatu yang hanya bisa dijangkau akal abstrak) dalam bentuk kongkret yang dapat dirasakan indra manusia, sehingga akal mudah menerimanya, sebab pengertian-pengertian abstrak tidak akan tertanam dalam benah kecuali jika ia dituangkan dalam bentuk indrawi yang dekat dengan pemahaman. Misalnya, Alloh membuat matsal bagi keadaan orang yang menafkahkan harta dengan riya’, dimana ia tidak akan mendapatkan pahala dari Alloh sedikitpun dari perbuatannya itu. “Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang diatasnya ada tanah, kemudian batu itu diguyur hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih (tidak bertanah), mereka tidak menguasai sesuatu dari apa yang mereka usahakan”. (Al-Baqarah: 264)
  2. Menyingkapkan hakekat-hakekat dan mengemukakan sesuatu yang tidak tampak seakan-akan tampak. “mereka yang memakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran tekanan penyakit gila”. (Al-Baqarah: 275)
  3. Mengumpulkan makna menarik lagi indah dalam ungkapan yang padat, seperti amtsal karimah dan amtsal mursalah dalam ayat-ayat diatas.
  4. Mendorong orang yang diberi matsal untuk berbuat sesuai dengan isi matsal, jika ia merupakan sesuatu yang disenangi jiwa. Misalnya Alloh membuat matsal bagi keadaan orang yang menafkahkan hartanya dijalan Alloh, dimana hal itu akan memberikan kepadanya kebaikan yang banyak.
  5. Menjauhkan tanfir, jika isi matsal berupa sesuatu yang dibenci jiwa. Misalnya firman Alloh tentang larangan bergunjing: “dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu merasa jijik kepadanya”. (Al-hujarat: 12)
  6. Untuk memuji orang yang diberi matsal, seperti firman-Nya tentang para sahabat: “demikianlah perumpamaan mereka dalam taurat dan perumpamaan mereka dalam injil, yaitu seperti tanaman yang menyebarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat dan menjadi besarlah ia dan tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati pemiliknya, karena Alloh hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin)”. (Al-Fath: 29). Demikianlah keadaan para sahabat, pada mulanya mereka hanyalah golongan minoritas, kemudian tumbuh berkembang hingga keadaannya semakin kuat dan mengagumkan hati karena kebesaran mereka.
  7. Untuk menggambarkan (dengan matsal itu) sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang buruk oleh orang banyak. Misanya matsal tentang keadaan orang yang dikaruniai kitabulloh tetapi ia tersesat jalan hingga tidak mengamalkannya, dalam ayat: “dan bacakanlah pada mereka berita orang yang telah kami berikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi alkitab), kemudian ia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu ia diikuti oleh syaithon (sampai ia tergoda), maka jadilah ia termasuk orang-orang sesat. Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya kami tinggikan derajatnya dengan ayat-ayat itu, tetapi ia cenderung kepada dunia dan memperturutkan hawa nafsunya. Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya dijulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya ia menjulurkan lidahnya juga. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka berikanlah kepada mereka kisah-kisah itu agar mereka berpikir”. (Al-A’raf: 175-176)
  8. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasehat, lebih kuat dalam memberikan peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati. Alloh banyak menyebut amtsal didalam al-qur’an untuk peringatan dan pelajaran. Alloh berfirman: “ dan sungguh kami telah membuat bagi manusia didalam al-qur’an ini setiap malam perumpamaan supaya mereka mendapat pelajaran-pelajaran”.
  9. Pengungkapan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang konkret yang dapat ditangkap oleh indra manusia.
  10. Dapat mengungkapkan kenyataan dan mengongkretkan hal yang absrak.
  11. Dapat mengumpulkan makna yang indah, menarik dalam ungkapan yang singkat dsan padat.
  12. Mendorong giat beramal, melakukan hal-hal yang menarik dalam al-qur’an.
  13. Menghindarkan dari perbuatan tercela.
DAFTAR PUSTAKA
Djalal, Abdul. 2008. Ulumul Qur’an.  Cet.3. Surabaya: Dunia Ilmu

1 komentar:

  1. Assalamu'alaikum
    Mohon izin copas tulisannya ya
    Terimakasih banyak, ini sangat membantu,
    Jazakallohu Ahsanal Jaza'

    BalasHapus

Terima kasih Atas Partisipasinya