S e l a m a t D a t a n g P a r a T a m u T a k D i U n d a n g !!!!

PROFIL PENDIDIKAN ISLAM DAN ULAMA' TERKENAL PADA MASA KEMUNDURAN ISLAM

PROFIL PENDIDIKAN ISLAM DAN ULAMA' TERKENAL PADA MASA KEMUNDURAN ISLAM
1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sepanjang sejarahnya sejak awal dalam pemikiran islam terlihat dua pola yang saling berlomba mengembangkan diri, dan mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan pola pendidikan umat Islam. Dari pola yang bersifat tradisional, yang selalu mendasarkan diri pada wahyu, yang kemudian berkembang menjadi pola pemikiran sufistis dan mengembangkan pola pendidikan sufi. Pola pendidikan ini sangat memperhatikan aspek-aspek batiniah dan akhlak atau budi pekerti manusia. Sedangkan dari pola pemikiran yang rasional, yang mementingkan akal pikiran, menimbulkan pola pendidikan empiris rasional. Pola pendidikan bentuk kedua ini sangat memperhatikan pendidikan intelektual dan penguasaan material.
Dalam mengetahui pemikiran-pemikairan dalam sejarah islam, makalah ini akan membahas beberapa masalah yang berhubungan dengan profil pendidikan islam. Dan pada masa kemunduran islam juga terdapat beberapa ulama' yang berperan pada masa itu. Maka dari itu dalam makalah ini juga akan menyebutkan ulama' yang terkenal pada masa itu.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apakah pengertian sejarah pendidikan islam ?
1.2.2 Apakah ruang lingkup sejarah pendidikan islam ?
1.2.3 Siapakah ulama' terkenal pada masa kemunduran islam ?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui pengertian sejarah pendidikan islam.
1.3.2 Mengetahui ruang lingkp sejarah pendidikan islam.
1.3.3 Mengetahui ulama' terkenal pada masa kemunduran islam.

PROFIL PENDIDIKAN ISLAM DAN ULAMA' TERKENAL PADA MASA KEMUNDURAN ISLAM
2.1 PENGERTIAN SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Kata sejarah secara etimologi dapat diungkapkan dalam bahasa Arab yaitu Tarikh, sirah atau ilmu tarikh, yang maknanya ketentuan masa atau waktu, sedang ilmu tarikh berarti ilmu yang mengandung atau yang membahas penyebutan peristiwa dan sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut. Dalam bahasa inggris sejarah dapat disebut dengan history yang berarti uraian secara tertib tentang kejadian-kejadian masa lampau (orderly descriphon of past even)
Adapun sejarah secara terminologi berarti sejumlah keadaan dan peristiwa yang terjadi di masa lampau dan benar-benar terjadi pada diri individu dan masyarakat sebagaimana benar-benar terjadi pada kenyataan-kenyataan alam dan manusia. Sedangkan pengertian yang lain sejarah juga mencakup perjalanan hidup manusia dalam mengisi perkembangan dunia dari masa ke masa karena sejarah mempunyai arti dan bernilai sehingga manusia dapat membuat sejarah sendiri dan sejarah pun membentuk manusia.
Dari pengertian sejarah dan pendidikan islam maka dapat dirumuskan pengertian tentang sejarah pendidikan islam atau tarihut Tarbiyah islamiyah dalam buku Zuhairini yaitu:
a. Keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dari waktu ke waktu yang lain, sejak zaman lahirnya islam sampai dengan masa sekarang.
b. Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam, baik dari segi ide dan konsepsi maupun segi institusi dan operasionalisasi sejak zaman nabi Muhammad saw sampai sekarang.
Dra. Hasbullah merumuskan bahwa sejarah pendidikan islam yaitu:
a. Catatan peristiwa tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam dari sejak lahirnya sampai sekarang.
b. Suatu cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam baik dari segi gagasan atau ide-ide, konsep, lembaga maupun opersinalisasi sejak zaman nabi Muhammad hingga saat ini.
Dari dua sumber yang merumuskan sejarah pendidikan islam dapat disimpulkan bahwa kedua penjelasan memiliki maksud yang sama yaitu peristiwa atau cabang ilmu pengetahuan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam dari segi ide, konsep, lembaga operasionalisasi dari sejak zaman nabi Muhammad saw sampai sekarang.
2.2 RUANG LINGKUP SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
2.2.1 Obyek
Obyek kajian sejarah pendidikan islam adalah fakta-fakta pendidikan islam berupa informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam baik formal, informal dan non formal. Dengan demikian akan diproleh apa yang disebut dengan sejarah serba objek hal ini sejalan dengan peranan agama islam sebagai agama dakwah penyeru kebaikan, pencegah kemungkaran, menuju kehidupan yang sejahtera lahir bathin secara material dan spiritual. Namun sebagai cabang dari ilmu pengetahuan, objek sejarah pendidikan islam umumnya tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan dalam objek-objek sejarah pendidikan, seperti mengenai sifat-sifat yang dimilikinya. Dengan kata lain, bersifat menjadi sejarah serba subjek.
2.2.2 Metode
Mengenai metode sejarah pendidikan islam, walaupun terdapat hal-hal yang sifatnya khusus, berlaku kaidah-kaidah yang ada dalam penulisan sejarah. Kebiasaan dari penelitian dan penulisan sejarah meliputi suatu perpaduan khusus keterampilan intelektual. Sejarahwan harus menguasai alat-alat analisis untuk menilai kebenaran materi-materi sebenarnya, dan perpaduan untuk mengumpulkan dan menafsirkan materi-materi tersebut kedalam kisah yang penuh makna, sebagai seorang ahli, sejarahwan harus mempunyai sesuatu kerangka berpikir kritis baik dalam mengkaji materi maupun dalam menggunakan sumber-sumbernya.
Untuk memahami sejarah pendidikan islam diperlukan suatu pendekatan atau metode yang bisa ditempuh adalah keterpaduan antara metode deskriptif, metode komparatif dan metode analisis sistensis.
Dengan metode deskriptif, ajaran-ajaran islam yang dibawa oleh Rosulullah saw, yang termaktub dalam Al-Qur’an dijelaskan oleh As-sunnah , khususnya yang langsung berkaitan dengan pendidikan islam dapat dilukiskan dan dijelaskan sebagaimana adanya. Pada saatnya dengan cara ini maka yang terkandung dalam ajaran islam dapat dipahami.
Metode komparatif mencoba membandingkan antara tujuan ajaran islam tentang pendidikan dan tuntunan fakta-fakta pendidikan yang hidup dan berkembang pada masa dan tempat tertentu. Dengan metode ini dapat diketahui persamaan dan perbedaan yang ada pada dua hal tersebut sehingga dapat diajukan pemecahan yang mungkin keduanya apabila terjadi kesenjangan.
Metode analisis sinsesis digunakan untuk memberikan analisis terhadap istilah-istilah atau pengertian-pengertian yang diberikan ajaran islam secara kritis, sehingga menunjukkan kelebihan dan kekhasan pendidikan islam. Pada saatnya dengan metode sintesis dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang akurat dan cermat dari pembahasan sejarah pendidikan islam. Metode ini dapat pula didayagunakan untuk kepentingan proses pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia yang islami.
Dalam penggalian dan penulisan sejarah pendidikan islam ada beberapa metode yang dapat dipakai antaranya:
a. Metode Lisan dengan metode ini pelacakan suatu obyek sejarah dengan menggunakan interview.
b. Metode Observasi dalam hal ini obyek sejarah diamati secara langsung.
c. Metode Documenter dimana dengan metode ini berusaha mempelajari secara cermat dan mendalam segala catatan atau dokumen tertulis.
2.3 ULAMA' TERKENAL PADA MASA KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM
a. Syaikh Muhammad Abdul Wahab
Dengan berlalunya pemerintahan Khalifah ar-Rasyidun berarti berlalunya pemerintahan paling salih dalam sejarah Islam dan secara serius telah merosot pula kerohanian Islam. Tidak disangsikan lagi bahwa kemajuan materi tetap terus berjalan dan batas-batas negara Islam semakin membengkak ke semua arah membawakan daerah kekuasaan baru ke dalam pangkuannya. Akan tetapi semangat yang menuntun tindakan khalifah yang salih telah hilang semangat rohani telah berubah menjadi semangat mencapai kemajuan duniawi semata. Munculnya kekuasaan Umayyah memberikan pukulan yang mematikan kepada kekuasaan salih yang demokratik sebagaimana zaman Khalifah Ar Rasyidun. Berturut-turut lahir monarki yang kejam dan kepala negara diangkat berdasarkan keturunan dengan nama khalifah Banu Umayyah. Di dalam kerajaan ini Baitul Mal berada di bawah kekuasaan penguasa mereka menggunakan dengan seenaknya saja untuk pencapaian tujuan yang keji atau untuk menunjang kebesaran serta kemewahan. Banyak Muslimin yang tewas dalam pertempuran melawan Banu Umayyah. Karenanya sampai-sampai orang shaleh yang mashur namanya dari Basrah Hasan Basri menyatakan syukur kepada Allah karena orang-orang Islam telah bebas dari “momok” penguasa seperti Yazid ibn Ziyat dan pimpinannya Hallaj bin Yusuf salah seorang tiran yang tersebar yang pernah ada. Keluarga Abbasiah menggantikan banu Umayyah. Dinasti pengganti ini memperoleh kebesaran dan kejayaan yang belum pernah ada di muka bumi. Tidak disangsikan lagi mereka itu bertanggung jawab atas kemajuan ilmu pengetahuan budaya dan kesenian yang tidak ada taranya pada abad pertengahan. Tetapi mereka banyak terpengaruh oleh kebudayaan Rusia yang menyusup dalam segala lapisan kehidupan metropolis Abbasiah di Baghdad. Pengenalan kebudayaan Rusia kepada orang-orang Arab menimbulkan banyak efek negatif termasuk pengaruh mistik platonik yang melakukan pemujaan orang-orang suci beserta makamnya. Kehidupan duniawi yang dinamis beserta pengabdian rohani seperti diajarkan dan dipraktekkan oleh Nabi Muhammad saw dengan para sahabatnya yang mulia telah digantikan dengan pesimisme dan spiritualisme negatif dari para sufi ekstreem yang menekankan segalanya untuk akhirat. Pencemaran atas semangat jiwa Islam telah mencapai tingkat paling parah di beberapa negara Islam. Segala macam kebatilan dan takhayul yang dipraktekkan kaum Hindu diikuti orang-orang Islam. Kaisar Mongol Akbar yang buta huruf yang disebut-sebut sebagai “Akbar yg Agung” oleh sejarawan non-Islam telah mengambil banyak ritual dan praktek-praktek Hindu di negaranya serta memperkenalkan agama baru “Deen-e-Elahi” dengan pengikut beberapa orang saja. Untunglah agama itu mati sendiri setelah pendirinya meninggal dunia. Arabia tempat kelahiran Islam jatuh merana ke dalam keadaan yang terabaikan sejak jatuhnya Kerajaan Abbasiah. Orang-orang Arab terpecah belah karena perselisihan dan persaingan di antara suku mengalami kemunduran baik di bidang rohani maupun di bidang material.
Di dalam suasana yang menyedihkan itu lahirlah di Nejed tahun 1703 Masehi seorang pemikir dan pembaharu Islam yang besar Syeikh Muhammad Abdul-Wahhab yang kemudian menjadi pionir gerakan Islam puritan yang bertujuan memugar kembali ajaran yang suci yang telah dicemari kebudayaan-kebudayaan kotor penuh dengan bau syirik. Gerakan Wahhabi bertujuan memurnikan Islam terlepas dari segala praktek yang tidak sehat dan penuh takhyul yang telah menyusup ke dalam Islam karena hubungannya dengan pengaruh non Islam. Abdul-Wahhab tergolong Banu Siman dari Tarnim dilahirkan 1703 Masehi di Uyaina suatu tempat yang sekarang tinggal puing-puing. la belajar di Madinah pada ustadz Sulaiman al-Kurdi dan Muhammad Hayat al-Sind. Kedua orang guru ini menemukan tanda-tanda masa depan ijtihad pada anak muda ini. Kemudian anak muda ini mengadakan perjalanan untuk beberapa tahun; empat tahun di Basrah lima tahun di Baghdad setahun di Kurdistan dua tahun di Hamdan dan empat tahun di Isfahan tempat ia mempelajari filsafat tasawuf dan ishrakiya. Sekembalinya ke Uyaima ia menghabiskan waktu setahun untuk merenung dan baru setelah itu ia mengajukan doktrin-doktrinnya seperti tercantum dalam kitab al- Tauhid kepada masyarakat. Pada permulaan hampir ia tidak berhasil karena mendapatkan banyak tantangan kebanyakan dari saudaranya sendiri termasuk kakaknya Sulaiman dan sepupunya Abdullah bin Husain. Pandangannya mendapatkan perhatian di luar Uyaima sehingga ia bersama keluarganya meninggalkan tempat nenek moyangnya dan pergi ke Dariya. Kepala suku Muhammad bin Saud menerima doktrinnya dan melakukan propaganda untuknya. Dalam waktu setahun sesampainya di Dariya Abd-al-Wahhab memperoleh pengikut hampir seluruh penduduk di kota dan di sana ia membangun masjid yang sederhana dengan lantai batu kerikil tanpa alas. Pengikutnya makin lama makin bertambah. Keluarga Saud yang kehidupannya terlibat dalam peperangan dengan kepala-kepala suku lainnya selama 28 tahun. Selama kurun waktu ini lbn Saud dan putranya Abd-al-Aziz seorang jenderal yg mahir pelan-pelan tetapi pasti mencari keunggulan.
b. Syaikh hasan al banna
Ia dilahirkan di desa Mahmudiyah kawasan Buhairah Mesir tahun 1906 M. Ayahnya Syaikh Ahmad al-Banna adalah seorang ulama fiqih dan hadits. Sejak masa kecilnya Hasan al Banna sudah menunjukkan tanda-tanda kecemerlangan otaknya. Pada usia 12 tahun atas anugerah Allah Hasan kecil telah menghafal separuh isi Al-Qur’an. Sang ayah terus menerus memotivasi Hasan agar melengkapi hafalannya. Semenjak itu Hasan kecil mendisiplinkan kegiatannya menjadi empat. Siang hari dipergunakannya untuk belajar di sekolah. Kemudian belajar membuat dan memperbaiki jam dengan orang tuanya hingga sore. Waktu sore hingga menjelang tidur digunakannya untuk mengulang pelajaran sekolah. Sementara membaca dan mengulang-ulang hafalan Al-Qur’an ia lakukan selesai shalat Shubuh. Maka tidak mengherankan apabila Hasan al Banna mencetak berbagai prestasi gemilang di kemudian hari. Pada usia 14 tahun Hasan al Banna telah menghafal seluruh Al-Quran. Hasan Al Banna lulus dari sekolahnya dengan predikat terbaik di sekolahnya dan nomor lima terbaik di seluruh Mesir. Pada usia 16 tahun ia telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi Darul Ulum.
Demikianlah sederet prestasi Hasan kecil. Selain prestasinya di bidang akademik Ia juga memiliki bakat leadership yang cemerlang. Semenjak masa mudanya Hasan Al-Banna selalu terpilih untuk menjadi ketua organisasi siswa di sekolahnya. Bahkan pada waktu masih berada di jenjang pendidikan i’dadiyah beliau telah mampu menyelesaikan masalah secara dewasa kisahnya begini Suatu siang usai belajar di sekolah sejumlah besar siswa berjalan melewati mushalla kampung. Hasan berada di antara mereka. Tatkala mereka berada di samping mushalla maka adzan pun berkumandang. Saat itu murid-murid segera menyerbu kolam air tempat berwudhu. Namun tiba-tiba saja datang sang imam dan mengusir murid-murid madrasah yang dianggap masih kanak-kanak itu. Rupanya ia khawatir kalau-kalau mereka menghabiskan jatah air wudhu. Sebagian besar murid-murid itu berlarian menyingkir karena bentakan sang imam sementara sebagian kecil bertahan di tempatnya. Mengalami peristiwa tersebut al Banna lalu mengambil secarik kertas dan menulis uraian kalimat yang ditutup dengan satu ayat Al Qur’an “Dan janganlah kamu mengusir orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya.”. Kertas itu dengan penuh hormat ia berikan kepada Syaikh Muhammad Sa’id imam mushalla yang menghardik kawan-kawannya. Membaca surat Hasan al Banna hati sang imam tersentuh hingga pada hari selanjutnya sikapnya berubah terhadap “rombongan anak-anak kecil” tersebut. Sementara para murid pun sepakat untuk mengisi kembali kolam tempat wudhu tiap mereka selesai shalat di mushalla. Bahkan para murid itu berinisiatif untuk mengumpulkan dana untuk membeli tikar mushalla! Pada usia 21 tahun beliau menamatkan studinya di Darul ‘Ulum dan ditunjuk menjadi guru di Isma’iliyah. Hasan Al Banna sangat prihatin dengan kelakuan Inggris yang memperbudak bangsanya. Masa itu adalah sebuah masa di mana umat Islam sedang mengalami kegoncangan hebat. Kekhalifahan Utsmaniyah sebagai pengayom umat Islam di seluruh dunia mengalami keruntuhan.
Umat Islam mengalami kebingungan. Sementara kaum penjajah mempermainkan dunia Islam dengan seenaknya. Bahkan di Turki sendiri Kemal Attaturk memberangus ajaran Islam di negaranya. Puluhan ulama Turki dijebloskan ke penjara. Demikianlah keadaan dunia Islam ketika al Banna berusia muda. Satu di antara penyebab kemunduran umat Islam adalah bahwa umat ini jahil terhadap ajaran Islam. Maka mulailah Hasan al Banna dengan dakwahnya. Dakwah mengajak manusia kepada Allah mengajak manusia untuk memberantas kejahiliyahan. Dakwah beliau dimulai dengan menggalang beberapa muridnya. Kemudian beliau berdakwah di kedai-kedai kopi. Hal ini beliau lakukan teratur dua minggu sekali. Beliau dengan perkumpulan yang didirikannya “Al-Ikhwanul Muslimun” bekerja keras siang malam menulis pidato mengadakan pembinaan memimpin rapat pertemuan dll. Dakwahnya mendapat sambutan luas di kalangan umat Islam Mesir. Tercatat kaum muslimin mulai dari golongan buruh/petani usahawan ilmuwan ulama dokter mendukung dakwah beliau. Pada masa peperangan antara Arab dan Yahudi beliau memobilisasi mujahid-mujahid binaannya.
Dari seluruh Pasukan Gabungan Arab hanya ada satu kelompok yang sangat ditakuti Yahudi yaitu pasukan sukarela Ikhwan. Mujahidin sukarela itu terus merangsek maju sampai akhirnya terjadilah aib besar yang mencoreng pemerintah Mesir. Amerika Serikat sobat kental Yahudi mengancam akan mengebom Mesir jika tidak menarik mujahidin Ikhwanul Muslimin. Maka terjadilah sebuah tragedi yang membuktikan betapa pengecutnya manusia. Ribuan mujahid Mesir ditarik ke belakang kemudian dilucuti. Oleh siapa? Oleh pasukan pemerintah Mesir! Bahkan tidak itu saja para mujahidin yang ikhlas ini lalu dijebloskan ke penjara-penjara militer. Bahkan beberapa waktu setelah itu Hasan al Banna selaku pimpinan Ikhwanul Muslimin menemui syahidnya dalam sebuah peristiwa yang dirancang oleh musuh-musuh Allah. Dakwah beliau bersifat internasional. Bahkan segera setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya Hasan al Banna segera menyatakan dukungannya. Kontak dengan tokoh ulama Indonesia pun dijalin. Tercatat M. Natsir pernah berpidato didepan rapat Ikhwanul Muslimin. . Syahidnya Hasan Al-Banna tidak berarti surutnya dakwah beliau. Sudah menjadi kehendak Allah bahwa kapan pun dan di mana pun dakwah Islam tidak akan pernah berhenti meskipun musuh-musuh Islam sekuat tenaga berusaha memadamkannya. Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka dan Allah tetap menyempurnakan cahaya Nya meskipun orang-orang kafir benci. Masa-masa sepeninggal Hasan Al-Banna adl masa-masa penuh cobaan untuk umat Islam di Mesir. Banyak murid-murid beliau yang disiksa dijebloskan ke penjara bahkan dihukum mati terutama ketika Mesir di perintah oleh Jamal Abdul Naseer seorang diktator yang condong ke Sovyet. Banyak pula murid beliau yang terpaksa mengungsi ke luar negeri bahkan ke Eropa. Pengungsian bagi mereka bukanlah suatu yang disesali. Bagi mereka di mana pun adl bumi Allah di mana pun adalah lahan dakwah. Para pengamat mensinyalir dakwah Islam di Barat tidaklah terlepas dari jerih payah mereka. Demikianlah siksaan tekanan pembunuhan tidak akan memadamkan cahaya Allah. Bahkan semuanya seakan-akan menjadi penyubur dakwah itu sendiri sehingga dakwah Islam makin tersebar luas. Di antara karya penerus perjuangan beliau yang terkenal adalah Fi Dzilaalil Qur’an karya Sayyid Quthb. Sebuah kitab tafsir Al-Qur’an yang sangat berbobot di jaman kontemporer ini.
Ulama-ulama kita pun menjadikannya sebagai rujukan terjemahan Al-Qur’an dalam Bahasa Indonesia. Di antaranya adl Al-Qu’an dan Terjemahannya keluaran Depag RI kemudian Tafsir Al-Azhar karya seorang ulama Indonesia Buya Hamka. Mengenal sosok beliau akanlah terasa komplit apabila kita mengetahui prinsip dan keyakinan beliau. Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang senantiasa beliau pegang teguh dalam dakwahnya Saya meyakini “Sesungguhnya segala urusan bagi Allah. Nabi Muhammad SAW junjungan kita penutup para Rasul yang diutus untuk seluruh umat manusia. Sesungguhnya hari pembalasan itu haq . Al-Qur?an itu Kitabullah. Islam itu perundang-undangan yang lengkap untuk mengatur kehidupan dunia akhirat.” Saya berjanji “Akan mengarahkan diri saya sesuai dengan Al-Qur?an dan berpegang teguh dengan sunah suci. Saya akan mempelajari Sirah Nabi dan para sahabat yang mulia.” Saya meyakini “Sesungguhnya istiqomah kemuliaan dan ilmu bagian dari sendi Islam.” Saya berjanji “Akan menjadi orang yang istiqomah yang menunaikan ibadah serta menjauhi segala kemunkaran. Menghiasi diri dengan akhlak-akhlak mulia dan meninggalkan akhlak-akhlak yang buruk. Memilih dan membiasakan diri dengan kebiasaan-kebiasaan islami semampu saya. Mengutamakan kekeluargaan dan kasih sayang dalam berhukum dan di pengadilan. Tidak akan pergi ke pengadilan kecuali jika terpaksa akan selalu mengumandangkan syiar-syiar islam dan bahasanya. Berusaha menyebarkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat utk seluruh lapisan umat ini.” Saya meyakini “Seorang muslim dituntut untuk bekerja dan mencari nafkah di dalam hartanya yang diusahakan itu ada haq dan wajib dikeluarkan untuk orang yang membutuhkan dan orang yang tidak punya. Saya berjanji “Akan berusaha untuk penghidupan saya dan berhemat untuk masa depan saya. Akan menunaikan zakat harta dan menyisihkan sebagian dari usaha itu untuk kegiatan-kegiatan kebajikan. Akan menyokong semua proyek ekonomi yang islami dan bermanfaat serta mengutamakan hasil-hasil produksi dalam negeri dan negara Islam lainnya. Tidak akan melakukan transaksi riba dalam semua urusan dan tidak melibatkan diri dalam kemewahan yang diatas kemampuan saya.” Saya meyakini “Seorang muslim bertanggung jawab terhadap keluarganya diantara kewajibannya menjaga kesehatan aqidah dan akhlak mereka.” Saya berjanji “Akan bekerja un0tuk itu dengan segala upaya. Akan menyiarkan ajaran-ajaran islam pada seluruh keluarga saya dengan pelajaran-pelajaran islami. Tidak akan memasukkan anak-anak saya ke sekolah yang tidak dapat menjaga aqidah dan akhlak mereka. Akan menolak seluruh media massa buletin-buletin dan buku-buku serta tidak berhubungan dengan perkumpulan-perkumpulan yang tidak berorientasi pada ajaran Islam.” Saya meyakini “Di antara kewajiban seorang muslim menghidupkan kembali kejayaan Islam dengan membangkitkan bangsanya dan mengembalikan syariatnya panji-panji islam harus menjadi panutan umat manusia. Tugas seorang muslim mendidik masyarakat dunia menurut prinsip-prinsip Islam.” Saya berjanji “Akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan risalah ini selama hidupku dan mengorbankan segala yang saya miliki demi terlaksananya misi tersebut.” Saya meyakini “Bahwa kaum muslim adalah umat yang satu yang diikat dalam satu aqidah islam bahwa islam yang memerintahkan pemelukya untuk berbuat baik kepada seluruh manusia.” Saya berjanji “Akan mengerahkan segenap upaya untuk menguatkan ikatan persaudaraan antara kaum muslimin dan mengikis perpecahan dan sengketa di antara golongan-golongan mereka.” Saya meyakini “Sesungguhnya rahasia kemunduran umat Islam krn jauhnya mereka dari “dien” mereka dan hal yang mendasar dari perbaikan itu adalah kembali kepada pengajaran Islam dan hukum-hukumnya itu semua mungkin apabila tiap kaum muslimin bekerja untuk itu

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.1.1 PENGERTIAN SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Kata sejarah secara etimologi dapat diungkapkan dalam bahasa Arab yaitu Tarikh, sirah atau ilmu tarikh, yang maknanya ketentuan masa atau waktu, sedang ilmu tarikh berarti ilmu yang mengandung atau yang membahas penyebutan peristiwa dan sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut. Adapun sejarah secara terminologi berarti sejumlah keadaan dan peristiwa yang terjadi di masa lampau dan benar-benar terjadi pada diri individu dan masyarakat sebagaimana benar-benar terjadi pada kenyataan-kenyataan alam dan manusia. Buku Zuhairini yaitu: pengertian tentang sejarah pendidikan islam atau tarihut Tarbiyah islamiyah dalam Keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dari waktu ke waktu yang lain, sejak zaman lahirnya islam sampai dengan masa sekarang. Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan segi institusi dan operasionalisasi sejak zaman nabi Muhammad saw sampai sekarang. perkembangan pendidikan islam, baik dari segi ide dan konsepsi manapun.
3.1.2RUANG LINGKUP SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
A. Obyek
Obyek kajian sejarah pendidikan islam adalah fakta-fakta pendidikan islam berupa informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam baik formal, informal dan non formal.
B. Metode
Untuk memahami sejarah pendidikan islam diperlukan suatu pendekatan atau metode yang bisa ditempuh adalah keterpaduan antara metode deskriptif, metode komparatif dan metode analisis sistensis. Dalam penggalian dan penulisan sejarah pendidikan islam ada beberapa metode yang dapat dipakai antaranya: Metode Lisan dengan metode ini pelacakan suatu obyek sejarah dengan menggunakan interview langsung. Metode Documenter dimana dengan metode ini berusaha mempelajari secara cermat dan mendalam segala catatan atau dokumen tertulis. Metode Observasi dalam hal ini obyek sejarah diamati secara
3.1.3 ULAMA' TERKENAL PADA MASA KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM
A. Syaikh Muhammad Abdul Wahab
Di dalam suasana yang menyedihkan itu lahirlah di Nejed tahun 1703 Masehi seorang pemikir dan pembaharu Islam yang besar Syeikh Muhammad Abdul-Wahhab yang kemudian menjadi pionir gerakan Islam puritan yang bertujuan memugar kembali ajaran yang suci yang telah dicemari kebudayaan-kebudayaan kotor penuh dengan bau syirik. Gerakan Wahhabi bertujuan memurnikan Islam terlepas dari segala praktek yang tidak sehat dan penuh takhyul yang telah menyusup ke dalam Islam karena hubungannya dengan pengaruh non Islam. Abdul-Wahhab tergolong Banu Siman dari Tarnim dilahirkan 1703 Masehi di Uyaina suatu tempat yang sekarang tinggal puing-puing. la belajar di Madinah pada ustadz Sulaiman al-Kurdi dan Muhammad Hayat al-Sind. Kedua orang guru ini menemukan tanda-tanda masa depan ijtihad pada anak muda ini. Kemudian anak muda ini mengadakan perjalanan untuk beberapa tahun; empat tahun di Basrah lima tahun di Baghdad setahun di Kurdistan dua tahun di Hamdan dan empat tahun di Isfahan tempat ia mempelajari filsafat tasawuf dan ishrakiya.
B. Syaikh hasan al banna
Ia dilahirkan di desa Mahmudiyah kawasan Buhairah Mesir tahun 1906 M. Ayahnya Syaikh Ahmad al-Banna adalah seorang ulama fiqih dan hadits. Sejak masa kecilnya Hasan al Banna sudah menunjukkan tanda-tanda kecemerlangan otaknya. Pada usia 12 tahun atas anugerah Allah Hasan kecil telah menghafal separuh isi Al-Qur’an. Sang ayah terus menerus memotivasi Hasan agar melengkapi hafalannya. Semenjak itu Hasan kecil mendisiplinkan kegiatannya menjadi empat. Siang hari dipergunakannya untuk belajar di sekolah. Kemudian belajar membuat dan memperbaiki jam dengan orang tuanya hingga sore. Waktu sore hingga menjelang tidur digunakannya untuk mengulang pelajaran sekolah. Sementara membaca dan mengulang-ulang hafalan Al-Qur’an ia lakukan selesai shalat Shubuh. Maka tidak mengherankan apabila Hasan al Banna mencetak berbagai prestasi gemilang di kemudian hari. Pada usia 14 tahun Hasan al Banna telah menghafal seluruh Al-Quran. Hasan Al Banna lulus dari sekolahnya dengan predikat terbaik di sekolahnya dan nomor lima terbaik di seluruh Mesir. Pada usia 16 tahun ia telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi Darul Ulum.


DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, mudzakir. 2009. Sejarah Pendidikan Islam. online. http://sejarahpendidikan islam.wen.su. Jombang. 08-11-2010
Zuhairini, dkk. 1997. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih Atas Partisipasinya